Laman

Selasa, 15 Juni 2010

Nasionalisme Kumbakarna


Suatu hari...
kisah tentang tokoh-tokoh pewayangan di sebuah kampus..
pagi itu suasana masih sepi...
kemudian muncul seseorang dengan tangan kerepotan membawa secuil kertas-kertas kecil...

“Eh.. ni ada titipan buat kamu..”


Yaaach.. rapat lagi...
..


Di dalam rapat itu terlihat Rahwana Sang Ketua Umum muring-muring. 
 Rahwana


Luapan emosinya udah gak karuan, namun lebih gak karuan lagi bentuk wajahnya karena sejak awal rapat menahan marah. Dia selaku ketua umum panitia acara Alengka (Asuransi Lenga Kasturi), sebuah seminar yang intinya mengajak orang untuk mendaftar usaha asuransi tersebut dengan syarat harus menjual botol-botol minyak wangi kasturi.
Rahwana memang orang yang tegas, namun pada bahasan rapat kali ini ia nampak tidak nyaman. Tatapannya yang tajam tak lepas dari wajah Kumbakarna dan Wibisana yang tak lain adalah adik kandungnya sendiri. Mereka dianggap berkhianat oleh  Rahwana. Semua peserta rapat bergeming, tak ada yang berani menginterupsi atau hanya sekedar ijin ke kamar mandi.

Rahwana             : “Heh, son..! Sekarang kamu maunya apa? Kepanitiaan kita dah berjalan sejauh ini dengan lancar. Anggota kita paling kompak. Sie usahanya yang baru jalan seminggu aja dah dapet dana 300 dolar. Penak to? Aib mu dulu waktu pipis di celana aja gak pernah  aku omong-omongin ke orang lain. Ealah sekarang aku punya keinginan aja gag boleh..! (sambil teriak-teriak)”
Wibisana              : “ Weh, asem ik, malah dikoar-koar aib ku.. Haa njenengan bosok banget og Wan.. Biasanya Ketua umum didampingi ketua 1 aja dah cukup. Haa ini njenengan udah ada ketua 2,3,4,5 cewek smua, welah masih pengen nambah lagi ketua 6... Sapa tuh namanya? Shinta? (nada bicara menyindir)
Rahwana             : “yo ben to.. Yang pentingkan acara Alengka tetep lancar, makmur. Lagipula aku tergila-gila sama Shinta itu Son..
Kumbakarna      : “Eh, kalo gag salah Si Shinta itu kan dah menjabat sebagai ketua 1 di kepanitiannya Rama itu to? Ngawur e.., apa mau Shinta tu mengabdi di dua kepanitiaan?
Rahwana             : “Haha.. Rama tu biar sendirian aja.., aku akan mbuat Si Shinta itu mau jadi ketua 6 ku.. Tak peduli dengan cara apapun..
Wibisana              : “ Apa-apaan.. alesan gag mutu..! Kalo orangnya aja gag mau, trus njenengan mau apa?
Rahwana             : “haha... saat ini orangnya lagi aku culik..! Sampai dia mau...
Wibisana              : “Woh..woh... kriminal nih.... Aku ti-dak-se-tu-ju..!
Rahwana             : “ Ea.. aku bos nya disini Son.. Kalo tidak berkenan, silakan keluar dari sini. Silakan nanti kamu bikin surat pengunduran diri atas mandat yang telah kami berikan.
(...... suasana hening, peserta rapat menahan nafas dengan suasana yang tegang ini..)


Wibisana              : “no problem.. coz everything gonna be OK for me,  Baik! Saya pergi, tapi jangan salahkan saya kalau acara Alengka akan mengalami kehancuran! Wassalamu’alaikum...” (Wibisana sambil membuang muka, lantas berkelebat cepat meninggalkan forum rapat)
 Wibisana

Rahwana             :  “Kumbo, kumbo,  Kumbakarna! Kamu gak ikutan Wibisana? Pie jal, badan sama-sama besar, muka sama-sama jelek, sama-sama pengen membelot juga kan? Aku tu dah bersusah payah kerja ngatur ini itu, sampai akhirnya kepanitiaan kita stabil kayak gini.., kamu yang kerjanya Cuma tidur pas rapat, bangun-bangun cuma ngabisin snack di sini, ealah malah tidak menghargai ku... uuuuuh....kamu gag ngertiin aku dewh..
Kumbakarna      : “ ngertiin kamu? Hueeekkkk.. (kumbakarna tiba-tiba muntah ditengah forum)
Rahwana             :  “Edaaan! Atos tenan e.. Gag berbudi kamu tu..! Mana baktimu hai, Kumbakarna?” teriak Rahwana lantang dalam suasana balutan emosi yang berlebihan. Kumbakarna tak menjawab. Tanpa pamit, 

Kumbakarna dengan langkah berdebam meninggalkan forum rapat.
Kumbakarna

Kumbakarna sebenernya tau, Rahwana pengen memperoleh Shinta yang profesional di bidang kepemimpinan, namun dia juga tau kalo Rahwana niatnya cuma pengen mbosok. Lagipula Shinta juga dah masuk kepanitiaan yang dipimpin Rama yang notabene persiapan acaranya bersamaan dengan acaranya Alengka. Rahwana juga dah ngirim makcomblang bernama Trijatha yang diharapkan bisa diandalkan untuk membujuk Shinta, ealah ternyata Trijatha pun malah bersekongkol. Rahwana benar-benar kehabisan akal menghadapi keangkuhan Shinta. Meski demikian, secara diam-diam Rahwana makin mengagumi kesetiaannya.

Keesokan harinya, Kumbakarna yang sedang mutung sendirian mendadak kaget. Dia melihat anak-anak buah Ramawijaya yang dipimpin Hanuman sedang bergerak menuju sebuah lemari penyimpanan file-file penting acara Alengka disimpan. Kumbakarna terus mengawasi gerak-gerik anak-anak yang wajahnya bagai kera itu sambil terus berpikir untuk mengambil sikap yang tepat.

Sungguh dalam posisi yang gak enak bagi Kumbakarna. Dia paham, keinginan kakaknya, Rahwana, jelas salah dan tidak dapat dibenarkan dengan dalih apa pun. Cara-cara yang dilakukan oleh kakaknya dengan menculik Shinta juga tergolong perbuatan bosok. Kumbakarna gag mungkin lah membela kakaknya denga kelakuannya yang seperti itu.

Meski demikian, Kumbakarna juga tak rela kepanitiaannya yang udah dibangun lama diganggu. Apa pun alasannya, dia harus mempertahankan acara Alengka berjalan sukses. Kumbakarna harus memberikan perlawanan terhadap pihak luar yang hendak menghancurkan proyek kepanitiaannya.

“Rahwana tu emang bosok! Tapi, sungguh, aku tak rela kalau karena kera-kera itu acara Alengkaku jadi berantakan..! Ngajak berantem tuh anak.. Kalo ntar aku babak belur toh bukan karena membela Rahwana, tetapi karena membela Alengka..!” tekad Kumbakarna dalam hati.

Begitu anak-anak berandalan berwajah kera yang dikomandani Hanuman itu mendekati lemari file nya,
 Anoman


 Kumbakarna datang menghadang.
Kumbakarna      : “Hai, hai, Hanuman, sungguh tak pantas, kau, datang ke sinin bawa-bawa pasukan cecunguk itu! Jannn kurang kerjaan tenan, seperti mau ngejak berantem aja!” hadang Kumbakarna sambil pura-pura sibuk menyapu lantai ruangan itu..”
Hanuman            : “ea.., Kumbo.. Kamu og sok polos e..! Ini bensin sama korek gejres ini buat ngasih pelajaran ke Rahwana bosok itu...”
Kumbakarna      : “Aduh, aku juga tau Rahwana itu bosok, mambuu, atau apalah! Yang ku tau, aku gak terima kalo anak buah- anak buahnya Rama datang dengan tidak sopan seperti ini.. Gag terima aku kalo Alengka bubar..”
Hanuman            : “Gak gituu..! Aku gag pengen menghancurkan Alengka, cuma ngasih pelajaran buat si Rahwanamu itu agar tidak sewenang-wenang mengumbar kekuasaan cuma buat mbosok!”
Kumbakarna      : “Kamu tu ngomong apa? Nyoh... ngomong aja sana sama tanganku..! Keputusanku udah tegas..”
Hanuman            : “Maksude?”
Kumbaarna         : “Ini namanya saaaa puuuu...”

Slakkk..!! Leparan jitu Kumbakarna mengenai kepala anak buah Hanuman. Lumayan kaget... kemudian Si Laksmana, jagoan kepercayaan Ramawijaya itu melempar pusaka favoritnya berukuran seperti TV 21’inch bernama “Naracabala”.. Bhugg..! Kena tanganya bung..... Lempar lagi, kena kakinya..... dan seterusnya.. Kumbakarna pun jatuh babak belur..

 Laksmana


Kumbakarna dikeroyok abis-abisan. Si Rahwana kemudian mengetahui kejadian ini. Dia kaget dengan apa yang diterima oleh Kumbakarna, adik yang selama ini disia-sia. Rahwana benar-benar tak menduga kalau adiknya itu berani mempertaruhkan nyawanya demi membela kehormatan dan martabat Alengka.

Rahwana murka. Terjadilah tawuran antara pasukan Alengka dengan pasukan monyet-monyet itu.. Lempar kursi... Lempar meja... Lempar sendok, piring, motor, mobil, payung cantik, sepeda gunung, dan barang-barang yang mirip doorprize sepeda gembira itu dihamburkan pada “peperangan” itu. Dan hancurlah Alengka.

< Kisah sebenarnya         :
Kumbakarna meninggalkan sitihinggil Alengka pergi menuju ke medan laga untuk melawan musuh yang menyerang negaranya. Ia berangkat ke medan perang bukan untuk membela perbuatan kakaknya. Tetapi ia berangkat ke medan perang dengan tekad untuk membela negara, bangsa, leluhur, keluarga dan nenek-moyangnya. Ia tetap memegang teguh sifat kesatriaannya maka ia bersemboyan “lebih baik mati dalam peperangan daripada hidup mewah di Alengka tetapi dijajah, dirusak oleh prajurit kera. Pendek kata ia bersemboyan “Right or wrong it’s my country”.> ..

Bukannya membela pemimpin yang keji, ini hanya membela negara.


Kumbakarna kinen mangsa jurit, maring kang raka sira tan nglenggana, nglungguhi kesatriane, ing tekad datang sujud, amung cipta labuh nagari, lah noleh jajah rena, myang leluhur ipun, mangka arsa rinusak ing bala kapi, “punagi mati ngrana”.

Sepertinya kita harus meneladani sifat nasionalisme yang dimiliki Kumbakarna ini. Negeri Indonesia ini banyak sekali kekurangannya, banyak sekali pemimpin bosok, banyak sekali lingkungan, trend, dan budaya yang tidak mendidik dan tidak bermoral.. Sebagai negara kaya tetapi kesenjangan sosial tetap ngeksis.. Negara yang mengakui Tuhan Maha Esa, tetapi masih ada yang menganggap setan, jimat, fenomena alam, ataupun teknologi untuk dijadiin tuhan. Negara demokrasi, namun banyak pemimpin yang berdiri untuk saling menjatuhkan. Negara yang punya banyak kaum intelek namun banyak yang menjadi provokator pemecah belah bangsa..

Lupakan sejenak hal-hal negatif tentang bangsa ini. Ingatlah sebentar warna bendera kebangsaan Indonesia yang mungkin sekarang kalah trend dengan warna bendera bangsa lain. 

Ingatlah garuda pancasila lambang negara yang mungkin hampir kita lupakan. 

Hanya pecundang yang ingin lari dari realita. Takdir sudah membuat kita terlanjur untuk lahir dan tumbuh di tanah air ini. Dan takdir juga yang mungkin kelak membawa kita untuk menjadi pelopor, pelengkap skenario kejayaan Negara Inodesia.

7 komentar:

Nurvirta Monarizqa mengatakan...

MERDEKAAAA!!!!!!!!!!!!!!

Anonim mengatakan...

Aku agak nggak dong baca ini -__- harus diulang-ulang e bacanya. Hehe. halah pancen nilai Bahasa Indonesia sama Bahasa Jawaku jelek ding (doh)
Over all, bagus kok, isinya bermutu. Haha. ^^

pb_pokokmen mengatakan...

Kumbakarna? Khah...! Tetap aja dia kalah melawan RAMA... wuakakakaka... (devil)

ixan mengatakan...

khah,anoman-e wangun..(rofl)

Anonim mengatakan...

yeaaa...

ho'o. gambare anoman-e wangun.

1. analogi yang bagus.
2. penyajian menarik
3. semoga besok tetap bisa tampil dipanggung ini. Caranya gmn? ketik reg spasi kumbakarna.

eh kayak IMB wae..
keren tenan rham, ngangkat kok..

sebut saja blog.. mengatakan...

wkwk.. itu tu gambar yang diambil dari kartun wayang... marai pengen moco komike je.. :).. Oi..Oi.. Kumbakarna dah tewas atuh kang... (tears).. Maksih eaphz atas penilaian dewan juri...

Anonim mengatakan...

wah wayang (iki ra salah moco to-sayang, red)sekali, kumbakarna sudah harus dieliminasi dari panggung sandiwara. Wah mesti promosine kurang njuk sms-e sethitihik...

wkwkwk...

Nasionalisme Kumbakarna


Suatu hari...
kisah tentang tokoh-tokoh pewayangan di sebuah kampus..
pagi itu suasana masih sepi...
kemudian muncul seseorang dengan tangan kerepotan membawa secuil kertas-kertas kecil...

“Eh.. ni ada titipan buat kamu..”


Yaaach.. rapat lagi...
..


Di dalam rapat itu terlihat Rahwana Sang Ketua Umum muring-muring. 
 Rahwana


Luapan emosinya udah gak karuan, namun lebih gak karuan lagi bentuk wajahnya karena sejak awal rapat menahan marah. Dia selaku ketua umum panitia acara Alengka (Asuransi Lenga Kasturi), sebuah seminar yang intinya mengajak orang untuk mendaftar usaha asuransi tersebut dengan syarat harus menjual botol-botol minyak wangi kasturi.
Rahwana memang orang yang tegas, namun pada bahasan rapat kali ini ia nampak tidak nyaman. Tatapannya yang tajam tak lepas dari wajah Kumbakarna dan Wibisana yang tak lain adalah adik kandungnya sendiri. Mereka dianggap berkhianat oleh  Rahwana. Semua peserta rapat bergeming, tak ada yang berani menginterupsi atau hanya sekedar ijin ke kamar mandi.

Rahwana             : “Heh, son..! Sekarang kamu maunya apa? Kepanitiaan kita dah berjalan sejauh ini dengan lancar. Anggota kita paling kompak. Sie usahanya yang baru jalan seminggu aja dah dapet dana 300 dolar. Penak to? Aib mu dulu waktu pipis di celana aja gak pernah  aku omong-omongin ke orang lain. Ealah sekarang aku punya keinginan aja gag boleh..! (sambil teriak-teriak)”
Wibisana              : “ Weh, asem ik, malah dikoar-koar aib ku.. Haa njenengan bosok banget og Wan.. Biasanya Ketua umum didampingi ketua 1 aja dah cukup. Haa ini njenengan udah ada ketua 2,3,4,5 cewek smua, welah masih pengen nambah lagi ketua 6... Sapa tuh namanya? Shinta? (nada bicara menyindir)
Rahwana             : “yo ben to.. Yang pentingkan acara Alengka tetep lancar, makmur. Lagipula aku tergila-gila sama Shinta itu Son..
Kumbakarna      : “Eh, kalo gag salah Si Shinta itu kan dah menjabat sebagai ketua 1 di kepanitiannya Rama itu to? Ngawur e.., apa mau Shinta tu mengabdi di dua kepanitiaan?
Rahwana             : “Haha.. Rama tu biar sendirian aja.., aku akan mbuat Si Shinta itu mau jadi ketua 6 ku.. Tak peduli dengan cara apapun..
Wibisana              : “ Apa-apaan.. alesan gag mutu..! Kalo orangnya aja gag mau, trus njenengan mau apa?
Rahwana             : “haha... saat ini orangnya lagi aku culik..! Sampai dia mau...
Wibisana              : “Woh..woh... kriminal nih.... Aku ti-dak-se-tu-ju..!
Rahwana             : “ Ea.. aku bos nya disini Son.. Kalo tidak berkenan, silakan keluar dari sini. Silakan nanti kamu bikin surat pengunduran diri atas mandat yang telah kami berikan.
(...... suasana hening, peserta rapat menahan nafas dengan suasana yang tegang ini..)


Wibisana              : “no problem.. coz everything gonna be OK for me,  Baik! Saya pergi, tapi jangan salahkan saya kalau acara Alengka akan mengalami kehancuran! Wassalamu’alaikum...” (Wibisana sambil membuang muka, lantas berkelebat cepat meninggalkan forum rapat)
 Wibisana

Rahwana             :  “Kumbo, kumbo,  Kumbakarna! Kamu gak ikutan Wibisana? Pie jal, badan sama-sama besar, muka sama-sama jelek, sama-sama pengen membelot juga kan? Aku tu dah bersusah payah kerja ngatur ini itu, sampai akhirnya kepanitiaan kita stabil kayak gini.., kamu yang kerjanya Cuma tidur pas rapat, bangun-bangun cuma ngabisin snack di sini, ealah malah tidak menghargai ku... uuuuuh....kamu gag ngertiin aku dewh..
Kumbakarna      : “ ngertiin kamu? Hueeekkkk.. (kumbakarna tiba-tiba muntah ditengah forum)
Rahwana             :  “Edaaan! Atos tenan e.. Gag berbudi kamu tu..! Mana baktimu hai, Kumbakarna?” teriak Rahwana lantang dalam suasana balutan emosi yang berlebihan. Kumbakarna tak menjawab. Tanpa pamit, 

Kumbakarna dengan langkah berdebam meninggalkan forum rapat.
Kumbakarna

Kumbakarna sebenernya tau, Rahwana pengen memperoleh Shinta yang profesional di bidang kepemimpinan, namun dia juga tau kalo Rahwana niatnya cuma pengen mbosok. Lagipula Shinta juga dah masuk kepanitiaan yang dipimpin Rama yang notabene persiapan acaranya bersamaan dengan acaranya Alengka. Rahwana juga dah ngirim makcomblang bernama Trijatha yang diharapkan bisa diandalkan untuk membujuk Shinta, ealah ternyata Trijatha pun malah bersekongkol. Rahwana benar-benar kehabisan akal menghadapi keangkuhan Shinta. Meski demikian, secara diam-diam Rahwana makin mengagumi kesetiaannya.

Keesokan harinya, Kumbakarna yang sedang mutung sendirian mendadak kaget. Dia melihat anak-anak buah Ramawijaya yang dipimpin Hanuman sedang bergerak menuju sebuah lemari penyimpanan file-file penting acara Alengka disimpan. Kumbakarna terus mengawasi gerak-gerik anak-anak yang wajahnya bagai kera itu sambil terus berpikir untuk mengambil sikap yang tepat.

Sungguh dalam posisi yang gak enak bagi Kumbakarna. Dia paham, keinginan kakaknya, Rahwana, jelas salah dan tidak dapat dibenarkan dengan dalih apa pun. Cara-cara yang dilakukan oleh kakaknya dengan menculik Shinta juga tergolong perbuatan bosok. Kumbakarna gag mungkin lah membela kakaknya denga kelakuannya yang seperti itu.

Meski demikian, Kumbakarna juga tak rela kepanitiaannya yang udah dibangun lama diganggu. Apa pun alasannya, dia harus mempertahankan acara Alengka berjalan sukses. Kumbakarna harus memberikan perlawanan terhadap pihak luar yang hendak menghancurkan proyek kepanitiaannya.

“Rahwana tu emang bosok! Tapi, sungguh, aku tak rela kalau karena kera-kera itu acara Alengkaku jadi berantakan..! Ngajak berantem tuh anak.. Kalo ntar aku babak belur toh bukan karena membela Rahwana, tetapi karena membela Alengka..!” tekad Kumbakarna dalam hati.

Begitu anak-anak berandalan berwajah kera yang dikomandani Hanuman itu mendekati lemari file nya,
 Anoman


 Kumbakarna datang menghadang.
Kumbakarna      : “Hai, hai, Hanuman, sungguh tak pantas, kau, datang ke sinin bawa-bawa pasukan cecunguk itu! Jannn kurang kerjaan tenan, seperti mau ngejak berantem aja!” hadang Kumbakarna sambil pura-pura sibuk menyapu lantai ruangan itu..”
Hanuman            : “ea.., Kumbo.. Kamu og sok polos e..! Ini bensin sama korek gejres ini buat ngasih pelajaran ke Rahwana bosok itu...”
Kumbakarna      : “Aduh, aku juga tau Rahwana itu bosok, mambuu, atau apalah! Yang ku tau, aku gak terima kalo anak buah- anak buahnya Rama datang dengan tidak sopan seperti ini.. Gag terima aku kalo Alengka bubar..”
Hanuman            : “Gak gituu..! Aku gag pengen menghancurkan Alengka, cuma ngasih pelajaran buat si Rahwanamu itu agar tidak sewenang-wenang mengumbar kekuasaan cuma buat mbosok!”
Kumbakarna      : “Kamu tu ngomong apa? Nyoh... ngomong aja sana sama tanganku..! Keputusanku udah tegas..”
Hanuman            : “Maksude?”
Kumbaarna         : “Ini namanya saaaa puuuu...”

Slakkk..!! Leparan jitu Kumbakarna mengenai kepala anak buah Hanuman. Lumayan kaget... kemudian Si Laksmana, jagoan kepercayaan Ramawijaya itu melempar pusaka favoritnya berukuran seperti TV 21’inch bernama “Naracabala”.. Bhugg..! Kena tanganya bung..... Lempar lagi, kena kakinya..... dan seterusnya.. Kumbakarna pun jatuh babak belur..

 Laksmana


Kumbakarna dikeroyok abis-abisan. Si Rahwana kemudian mengetahui kejadian ini. Dia kaget dengan apa yang diterima oleh Kumbakarna, adik yang selama ini disia-sia. Rahwana benar-benar tak menduga kalau adiknya itu berani mempertaruhkan nyawanya demi membela kehormatan dan martabat Alengka.

Rahwana murka. Terjadilah tawuran antara pasukan Alengka dengan pasukan monyet-monyet itu.. Lempar kursi... Lempar meja... Lempar sendok, piring, motor, mobil, payung cantik, sepeda gunung, dan barang-barang yang mirip doorprize sepeda gembira itu dihamburkan pada “peperangan” itu. Dan hancurlah Alengka.

< Kisah sebenarnya         :
Kumbakarna meninggalkan sitihinggil Alengka pergi menuju ke medan laga untuk melawan musuh yang menyerang negaranya. Ia berangkat ke medan perang bukan untuk membela perbuatan kakaknya. Tetapi ia berangkat ke medan perang dengan tekad untuk membela negara, bangsa, leluhur, keluarga dan nenek-moyangnya. Ia tetap memegang teguh sifat kesatriaannya maka ia bersemboyan “lebih baik mati dalam peperangan daripada hidup mewah di Alengka tetapi dijajah, dirusak oleh prajurit kera. Pendek kata ia bersemboyan “Right or wrong it’s my country”.> ..

Bukannya membela pemimpin yang keji, ini hanya membela negara.


Kumbakarna kinen mangsa jurit, maring kang raka sira tan nglenggana, nglungguhi kesatriane, ing tekad datang sujud, amung cipta labuh nagari, lah noleh jajah rena, myang leluhur ipun, mangka arsa rinusak ing bala kapi, “punagi mati ngrana”.

Sepertinya kita harus meneladani sifat nasionalisme yang dimiliki Kumbakarna ini. Negeri Indonesia ini banyak sekali kekurangannya, banyak sekali pemimpin bosok, banyak sekali lingkungan, trend, dan budaya yang tidak mendidik dan tidak bermoral.. Sebagai negara kaya tetapi kesenjangan sosial tetap ngeksis.. Negara yang mengakui Tuhan Maha Esa, tetapi masih ada yang menganggap setan, jimat, fenomena alam, ataupun teknologi untuk dijadiin tuhan. Negara demokrasi, namun banyak pemimpin yang berdiri untuk saling menjatuhkan. Negara yang punya banyak kaum intelek namun banyak yang menjadi provokator pemecah belah bangsa..

Lupakan sejenak hal-hal negatif tentang bangsa ini. Ingatlah sebentar warna bendera kebangsaan Indonesia yang mungkin sekarang kalah trend dengan warna bendera bangsa lain. 

Ingatlah garuda pancasila lambang negara yang mungkin hampir kita lupakan. 

Hanya pecundang yang ingin lari dari realita. Takdir sudah membuat kita terlanjur untuk lahir dan tumbuh di tanah air ini. Dan takdir juga yang mungkin kelak membawa kita untuk menjadi pelopor, pelengkap skenario kejayaan Negara Inodesia.


Bookmark and Share

7 comments:

Nurvirta Monarizqa mengatakan...

MERDEKAAAA!!!!!!!!!!!!!!

Anonim mengatakan...

Aku agak nggak dong baca ini -__- harus diulang-ulang e bacanya. Hehe. halah pancen nilai Bahasa Indonesia sama Bahasa Jawaku jelek ding (doh)
Over all, bagus kok, isinya bermutu. Haha. ^^

pb_pokokmen mengatakan...

Kumbakarna? Khah...! Tetap aja dia kalah melawan RAMA... wuakakakaka... (devil)

ixan mengatakan...

khah,anoman-e wangun..(rofl)

Anonim mengatakan...

yeaaa...

ho'o. gambare anoman-e wangun.

1. analogi yang bagus.
2. penyajian menarik
3. semoga besok tetap bisa tampil dipanggung ini. Caranya gmn? ketik reg spasi kumbakarna.

eh kayak IMB wae..
keren tenan rham, ngangkat kok..

sebut saja blog.. mengatakan...

wkwk.. itu tu gambar yang diambil dari kartun wayang... marai pengen moco komike je.. :).. Oi..Oi.. Kumbakarna dah tewas atuh kang... (tears).. Maksih eaphz atas penilaian dewan juri...

Anonim mengatakan...

wah wayang (iki ra salah moco to-sayang, red)sekali, kumbakarna sudah harus dieliminasi dari panggung sandiwara. Wah mesti promosine kurang njuk sms-e sethitihik...

wkwkwk...